by Annisa Endrasiswanti |
Yogyakarta..
Untuk kesekian kalinya aku menapaki kaki di
kota ini dan aku merasa sejauh ini belum ada yang berbeda, masih sama.
Januari 2011
Tahun baru
telah usai namun masih menyisakan libur tahunan yang cukup panjang. Jenuh
rasanya jika ku habiskan dengan hanya berpolusi ria di tempat tinggal ku saat
ini "si Kota Industri". Maka dari itu akhirnya aku memutuskan untuk
ikut Bapa yang kebetulan punya acara arisan keluarga di rumah om Amin, di
Jogja. Setidaknya di sana aku bisa menghirup udara yang berbeda.
Seperti pada
umumnya, arisan keluarga adalah ajang berkumpul nya semua anggota keluarga yang
terlibat dalam transaksi ini, dan keluarga ku termasuk golongan orang-orang
heboh jika sedang kumpul begini, selalu ada saja bahan cerita dan sudah tentu
pasti mereka semua menggunakan bahasa jawa nan medok. Malang lah nasibku yang
tidak bisa berbahasa jawa, yang cuma bisa mesem-mesem dengan wajah bingung,
padahal jika ditanya aku ini cinta Indonesia loh tapi bahasa turunan Bapa saja
cuma bisa bilang "moooooh".
Jogja pagi hari di rumah
om Amin
Rumahnya
yang berada di kaki gunung merapi membuat dingin selalu menyapa disini, lirikan
selimut menggodaku hingga surya terbit berada tepat dipuncaknya. Aktifitasku
hanya tidur, makan, dan sesekali memetik salak yang pohonnya berjejer rapi
disekitar rumah. Jika malam tiba, rasanya air pun mengajakku bermusuhan
karena dinginnya yang menusuk tulang.
Pagi itu
saat semuanya berkumpul untuk sarapan, mereka mulai dengan kehebohan berguyon
dan lagi-lagi aku yang paling kalem diantara yang lainnya.
"Kiky
kuliah disini kan, Nis!" Tiba-tiba Bapa mengingatkan ku pada seseorang
yang bernama Kiky, dia mantan pacarku di SMA, hampir satu tahun ini aku tidak
pernah bertemu dengannya, bertukar kabar pun tidak.
"Iya,
memangnya kenapa pa?"
"Suruh
main kesini, biar kamu ada teman"
Sejenak
pikiranku melayang pada dirinya, "Benar juga kata Bapa, setidaknya aku
bisa punya teman buat keluar rumah. Tapi memangnya dia mau ketemu aku? Ah coba
saja dulu mungkin dia mau, masa lalu ya masa lalu, yang sudah terjadi biarlah
berlalu, aku punya hidup baru dan mungkin dia juga begitu". Aku
berkomentar dalam hati.
Ku cari
nomor handphone nya di kontakku, sambil berharap nomornya masih aktif.
Tut.. Tut..Tut.. kudengar suaranya mulai
tersambung.
"Halo"
Seseorang menyapa disana.
"Halo,
ini kiky ya?!"
"Iya.
Ada apa Nis?" Suara yang tidak asing menjawabnya dan ternyata dia masih
menyimpan kontak ku.
"Mmm..
Kamu apa kabar?"
"Baik,
kamu apa kabarnya?"
"Baik
juga, sekarang aku lagi di jogja sama Bapa"
"Oh
gitu, sampai kapan?"
"Sampai
hari ini, rencananya besok pulang"
"Memang
Jogjanya dimana?"
"Turgo"
"Mmm..
Lumayan"
"Apanya
yang lumayan?"
"Lumayan
jauh"
"Oh
gitu, mau ketemu?" Tiba-tiba saja mulutku berucap demikian, mengikuti
suara hati yang sudah ribut penasaran dengan dia yang sudah lama tak kulihat
sosoknya.
"Boleh, kirimin alamatnya ya, nanti aku kesana"
"Oke"
Dua jam berlalu, ku tengok halaman rumah belum juga yang ku tunggu muncul. "Mungkin dia masih dijalan, atau mungkin memang nggak mau ketemu?" Aku mulai gelisah, mungkin karena aku mulai berharap.
Bersambung..