Jumat, 04 Agustus 2017

Jogja Aku Jatuh CInta Lagi (Part 2)

 
By Annisa Endrasiswanti
Orang itu muncul dengan sepeda motor klasiknya yang sejak tadi berhasil membuatku gelisah, tapi justru kehadirannya malah membuat jantungku tiba-tiba berdebar lebih cepat "Mungkin ini rasanya ketemu mantan pacar" Gumamku.

"Hai..!" Aku menyapanya.

"Hai! Lama ya? Nyasar dulu soalnya" Dia balik menyapa sambil menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Oh gitu, yaudah masuk dulu" Aku mengajaknya ke ruang tamu diikuti langkahnya di belakangku.

"Assalamualaikum, Pa" Ucapnya ketika melihat Bapa yang asyik menonton TV.

"Wa'alaikumsalam. Eh Kiky sudah sampai, gimana kabarnya?" 

"Alhamdulillah baik, Pa" Dia menjawab masih saja dengan gaya bahasa tubuhnya yang sopan.

"Ayo duduk sini, oya betah nggak kuliah di Jogja?" Bapa mulai membuka percakapan. Kutinggalkan mereka sebentar sambil mengambilkan air minum untuknya.

"Yaudah ajak Nisa keliling Jogja gih biar kerjaannya nggak cuma metikin salak" Ucap Bapa saat aku kembali dari dapur. "Nis, siap-siap sana" 

"Kemana?" Tanyaku bingung pada Bapa.

"Katanya mau keluar? Atau mau disini saja metik salak berdua?" Canda Bapa.

"Eh iya, bentar ya Ky. Aku siap-siap dulu"

Setelah berpamitan dengan Bapa dan keluarga yang lain, kami bergegas untuk pergi. "Emang kamu mau kemana sih? Candi? Pantai? Gua? Museum? atau mau ke angkringan? Tanya Kiky sambil menyebutkan satu persatu pilihannya.

"Kemana aja yang penting menarik"

"Oke kalau gitu kita berangkat"

Di sepanjang perjalanan kami hanya diam, kulihat dia fokus mengendarai motornya dengan cepat, sesekali aku melihat diriku di kaca spion sambil merapikan poni yang keluar dari balik helm. Sebenarnya aku juga bingung harus membicangkan apa. "Tanya kabar sudah atau tanya sudah punya pacar? Ah nanti dianggap ngarep balikan" Aku hanya bergumam dalam hati disepanjang perjalanan sampai kami tiba ditempat tujuan.

"Kita ke Malioboro?" Tanya ku heran saat kami berhenti dan memarkir motor di Malioboro.

"Iya"

"Ngapain?"

"Katanya kemana aja"

"Iya sih, memang ada yang mau kamu beli disini?"

"Ada. Tapi kamu yang beli" Ucapnya sambil melepas helm dan menungguku turun dari motor.

"Aku?"

"Iya, nih aku kasih tiga puluh ribu buat kamu belanja"

"Belanja apa?"

"Mmm.. Apa ya enaknya?"

"Es Teh?"

Dia menggelengkan kepala, lalu kulihat matanya celingukan memandangi beberapa pedagang yang berada disana, seperti sedang mencari sesuatu. "Aku mau kasih challenge, kamu harus belanja outfit pakai uang yang aku kasih

"Tiga puluh ribu emangnya cukup?"

Dia menjawabku dengan hanya senyum. "Yuk masuk". Ajaknya sambil menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.

Aku celingukan memilih barang yang akan aku beli dengan uang tiga puluh ribu ini. "Kamu serius aku harus belanja pakai uang segini?"

"Iya, katanya jago nawar" Dia kembali tersenyum sambil tetap menggandeng tanganku.

Kami menyusuri setiap sudut Malioboro mencari sesuatu yang menarik dengan harga yang irit.

"Bentar deh" Aku menarik tangannya untuk berhenti disebuah kios yang menjual batik. "Ini lucu" Kataku sambil memegang sebuah t-shirt bermotif batik yang dijajakan disana. "Iki pinten, mas?" Aku mulai bertanya pada si pedagang dengan bahasa jawa yang pas-pasan, niat hati agar bisa dapat harga lebih murah.

"Selawe, mba" Jawab si pedagang"

"Selawe berapa Ky?" Aku setengah berbisik pada Kiky dan itu malah membuatnya tertawa. 

"Kan kamu yang orang jawa, koq nanya aku?"

"Ah kamu nggak ngebantu" Gerutuku. "Selawe berapa, mas?" Dengan wajah bingung akhirnya aku bertanya pada pedagangnya.

"Dua puluh lima ribu,mba"

"Lima belas ribu deh" Aku coba mulai bernegoisasi harga.

"Belum bisa,mba"

"Harga pas nya berapa?"

"Paling bisa kurang jadi dua puluh ribu itu sudah harga pas ya,mba"

"Lima belas ribu aja,mas" Aku masih berusaha menawar.

"Nggak bisa,mba"

Aku melirik kiky yang sejak tadi masih senyum-senyum. 

"Kalau baju yang lima belas ribu ada nggak?"

"Oh ada" Si pedagang mulai mengambil  beberapa pakaian yang kumaksud.

"Kalau itu celananya berapa?" Kutunjuk sebuah celana yang menggantung dipojok kanan.

"Ini murah, mba harganya cuma dua puluh ribu"

"Aku ambil baju ini sama celana itu harganya selawe ya" Kataku

"Belum bisa,mba"

"Terus berapa bisanya?"

"Gini saja, saya kasih tiga puluh ribu harga pas ya"

"Yaah abis dong uangnya" Gerutuku. "Gimana Ky? Aku menang atau kalau kalau begini?" Kataku pada Kiky.

"Mmm.. gimana ya?" Dia pura-pura sedang berpikir. "Yaudah belanjaannya dibayar dulu tuh" Lanjutnya kemudian.

"Jadi ini menang atau kalah?" Aku mengulangi pertanyaanku lagi

"Mau nya apa?"

"Menang"

"Yaudah kamu menang"

"Udah gitu doang?"

"Ada hadiahnya koq"

"Apa?"

"Mmm.. Sesuatu yang indah"

"Apa?" Ku ulang lagi pertanyaanku
 
"Sekarang kita makan yuk" Ajaknya sambil berjalan mencari tempat makan, nampaknya dia tidak ingin memberitahu dulu. Tak lama kemudian kami berhenti disebuah warung burjo, dan langsung memesan makanannya.

"Kamu suka makan disini?" Aku mencoba memulai percakapan.

"Suka. Tapi kadang-kadang sih"

"Kenapa? karena rasanya enak?"

"Karena murah, hehehe"

Aku tertawa mendapati jawabannya. "Enak nggak jadi anak kost?" Aku bertanya kembali sambil menyantap bubur kacang hijau yang sudah tersaji dihadapanku.
 
"Mmm... gimana ya ngejelasinnya" lagi-lagi dia berpura-pura sedang mikir keras. "Ada enak, ada juga nggaknya. Salah satu yang bikin nggak enaknya itu pas lagi belum dapat kiriman, coba bayangin deh aku pernah punya uang cuma sepuluh ribu, terus karena lapar akhirnya uangnya aku pakai buat beli nasi padang tapi belinya dibungkus biar agak banyak". Dia berhenti bercerita sesaat untuk meneguk minumnya.

"Terus?" Aku tidak sabar menunggu ceritanya lagi.
"Aku langsung buru-buru pulang pengen cepat makan eh pas sampai kost aku udah nggak liat bungkus nasinya yang aku cantel di motor"

"Loh emangnya kemana?"

"Jatoh"

"Kasian" Aku menahan tawa membayangkan perasaannya saat itu sambil memasang wajah yang kubuat memelas.

"Iya kasian banget ya, tapi ada yang lebih kasian lagi daripada ini"

"Apa tuh?" Aku penasaran

"Jadi jomblo"

"Kamu jomblo?"

"Emang kamu punya pacar?"

"Nggak juga sih, tapi yang deketin masih banyak, hehehe" Canda ku

"Berarti kamu jomblo unggul"

Aku tertawa geli tapi tidak menanggapi guyonannya. Kami mulai asyik bercerita dari hal-hal unik sampai yang nggak penting hingga tak terasa hari mulai terik.
 
Setelah selesai makan dan bercerita ria kiky menepati janjinya untuk memberiku hadiah. Sebuah hadiah yang mungkin akan membuatku rindu dengan Jogja.



Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

 

a matter of a taste Template by Ipietoon Cute Blog Design